Sunday, 16 February 2014

Surat buat kekasih


Kekasihku…

Tidak ada lagi ungkapan yang lebih indah dari ungkapan yang membisik dijiwamu dan jiwaku jua. Dan aku tidak mampu membariskan lagi ayat-ayat getaran jiwa dalam persinggahan rindu ini. Kau telah menghembuskan riwayat cinta luka dipersada jiwaku yang kian kontang dengan janji-janji yang telah kau sumpahkan. Jika itulah keputusan yang telah kau buat demi kesejahteraan dirimu, aku sedia menerima akibatnya.

Aku bahagia begini dan aku ingin terus begini bersamamu. Walau aku tahu pelayaran bahtera cinta kita kian tenggelam diterjah ganas sang ombak yang tidak pernah serik dan tanpa segan silu merobekkan sedikit demi sedikit kepercayaan aku terhadap dirimu.

Lalu aku berfikir, untuk apa cemburu itu jika hanya menyakitkan hati. Aku kembali melemparkan pandangan ke ke arah laut biru... nampak tenang tapi geloranya tetap ada di situ. Begitu juga hati ini, diri ini... nampak tenang tapi geloranya hanya Dia yang mengetahuinya. Lalu ku alihkan pula pandangan ku pada pohon nyiur yang melambai, seakan kau yang sedang melambai aku dengan senyuman yang tak lekang
dari bibirmu. Angin yang menghembus menepis pipiku lembut... seakan hembusan nafasmu. `Arrr... alih-alih kenangan itu juga yang terpahat.'

Kekasih...
Aku tidak sedar dari kenalan kita lahir satu perasaan sayang aku padamu. Cinta memang tidak bisa di paksa, tak mungkin di rayu walau apa pun syaratnya. Cuma satu yang ingin ku pinta... ingatlah diri ini biarpun hanya sezarah adanya.

Bagiku kini kasih, cinta jangan di paksa, kelak diri tersiksa. Biaralah ia pergi, jika itu yang kau suka. dan telah ku relakan jiwa melepaskanmu untuk selama-lamanya.

No comments:

Post a Comment